PAGI DAN
SENJA 1
By rohmah cipzz
Lahir di pagi
hari adalah hal yang selalu fani inget. ibunya selalu cerita kalo dulu dia
lahir di pagi yang cerah, mamanya
sangat senang menceritakan hal itu ama fani.
Fani senang juga mendengar mamanya yang selalu cerita dengan raut wajah riang.
Pagi
jam tuju, fani udah siap2 mandi buat ke kampus. sekarang dia menginjak semester
dua di kampus swasta di kota tempatnya tinggal. Jam setengah delapan fani
berangkat karena kuliah hari ini dimulai jam delapan tepat.
“daa
mam”
“hati2”
@@@
Dikampus..
fani selalu mengembangkan senyum. Ia melangkah riang dan semangat menuju
gerbang kampus. disemester dua ini, ada mahasiswa baru di kelas fani, dia
mahasiswa transfer entah dari kampus mana fani lupa. Yang jelas orang itu cowok
dan sangat pendiam. Temennya hanya satu dikelas yang juga mahasiswa transfer.
fani mulai curiga kayaknya dia pinter banget. fani jadi takut kalo posisi jadi
yang paling pinter dikelas jadi tergeser ama cowok pendiam itu.
Kuliah
dimulai. Fani selalu mencatat apa yang penting2. Dia melirik ke cowok itu, dia
juga keliatan catat dibukunya, konsentrasi banget ikut kuliah. waktu dosen
tanya sesuatu, fani bermaksud mau jawab tapi udah keduluan ama cowok pendiam
itu. fani jadi jengkel karena keduluan. Dia udah punya jawaban yang dia yakin
tapi malah keduluan orang.
“dasar
perebut kesempatan” gumam fani jengkel.
“siapa?
Si fano?” tanya rina temen fani sambil menunjuk cowok pendiam.
“iya
tu. Sejak ada dia, dia selalu merebut kesempatan ku menjawab”
“sabar
ya. mungkin belum rezeki kamu fan” jawab rina. Fani hanya diam memendam jengkel
sambil melihat ke arah fano.
@@@
Fani
melihat fano memasuki kantin ama temennya yang juga mahasiswa transfer. cowok
itu menuju stand yang sama ama fani.
“mbak
pesan nasi ayam gongso” kata fani dan fano bebarengan. Fani liat ke fano dan
fano juga liat ke fani. Fani langsung pasang muka jengkel.
“gak
jadi mbak” fani pindah ke stand lain. fano bingung melihat tingkah fani.
“belum
lama disini udah punya musuh aja kamu fan” kata teman fano waktu mereka udah
duduk di kursi kantin.
“dia
lagi pms kali makanya jutek”
“kalo
gak salah namanya fani . cocok ma nama kamu lho. Jangan2..”
“jangan
berpikir macam2”
@@@
“kamu
liat ndiri kan rin. Dia selalu merebut kesempatanku tau gak?” kesal fani yang
masih duduk dikantin. Agak jauh dari fano dan temennya.
“kebetulan
aja kali fan. Udah jangan terlalu diambil pusing ntar maag kamu kambuh lagi
kalo stress”
“ya
ela gak segitunya juga kalee. Alay lo”
“haha.
Kayak situ gak alay. Sini alay kan ketularan situ juga”
“malah
ngakak. Aku galau nih”
“yah
kalo gak pengen direbut kesempatan kamu, kamu harus lebih cepat dari dia”
“lebih
cepat?”
“yupz”
@@@
Senja
hari fani baru pulang kerumah. Dia emang suka menyibukan diri di kampus. entah
dia online ato baca2 di perpustakaan. Waktu fani menuju gerbang kampus untuk
pulang dia liat si fano yang juga menuju gerbang kampus tapi lebih duluan.
Fani
sampe di halte bus. Eh si fano ternyata juga nunggu di halte yang sama. fani
kembali jengkel dan pasang muka bete. Fano heran melihat tingkah cewek ini.
kenapa dia bisa tiba2 banget jengkel tanpa dia tau alasannya. Bus datang. Fano
segera bangkit diikuti fani yang juga beranjak ke bus. Langkah mereka sama.
“aku
duluan donk” bentak fani ke fano. Fano hanya diam dan membiarkan fani duluan.
Dari pada masalah jadi rumit mending dia mengalah batin fano.
Di
dalam bis, fani sibuk mengamati jalanan dari jendela bus. Si fano masih berdiri
karena bus penuh. Untung tadi fani cepat2 cari tempat duduk kalo gak mungkin
bakal di embat fano deh. pikir fani. Orang disebelah fani udah berdiri karena
mau turun. Kursi kosong disebelah fani langsung ditempati fano. Fani kaget dan
bingung mesti gimana. dia kan lagi jengkel ama fano. Sekarang malah
bersebelahan. Huf sial! Fani, langsung bermuka bete.
“kenapa
kalo dekat aku, kamu selalu bete?” tanya fano terus terang. Lama2 dia penasaran
juga. Fani menoleh cemberut.
“benar
kamu mau tau? kamu tu nyebelin tau gak. sok polos jadi orang. Suka merebut
kesempata ku jawab pertanyaan dosen” jawab fani terus terang. Dia heran kenapa
bisa begitu terbuka sore ini.
“tapi
aku kan gak tau kalo kamu mau jawab”
“itu
urusanmu. Yang jelas aku bete ama kamu hh” fani memalingkan wajah ke jendela.
Kembali menatap jalanan. Fano Cuma diem tanpa kata. (backsound d’masiv – diam
tanpa kata).
@@@
Malemnya
fani merenung. Kenapa sih harus kayak gini jadinya? Pikirnya.
“huh.
Gak enak punya saingan. Jadi susah tampil unggul dikelas. Semua ini gara2 fano.
Dia emang cowok perebut kesempatan” karena lama2 angin di luar dingin akhirnya
fani memutuskan masuk ke rumah.
@@@
Fano
lagi duduk di atap rumahnya. Dia suka menatap langit kalo malam2 gini gak ada
kerjaan. Tiba2 dia inget fani.
“dia
kenapa ya? masak Cuma aku duluan jawab jadi sejengkel itu? huh.. belum lama
kuliah disitu udah dapet musuh” tiba2 fano senyum. “tapi dia lucu juga sih,
cuek dan apa adanya”
Kucing
fano menyusul ke atap. Melihat majikannya lagi merenung si kucing langsung
mendekat dan mengendus-endus kaki fano dengan sayang. Fano membelai-belai bulu
halus sikucing warna abu2 itu sambil senyum.
“hai
ciko, apa kamu juga punya musuh seekor kucing betina? Kalo iya bagaimana
rasanya? Haha lama2 aku jadi gila ni gara2 mikirin dia” kata fano ama kucingnya
yang hanya melihat ke arah fano.
Jam
sembilan, fano mengajak si kucing masuk rumah.
@@@
Fani
masih belum bisa tidur. bete masih menjelajahi otaknya. Fano fano fano terus
yang dia inget.
“gimana
caranya kembali ke situasi sebelum fano dateng ya? masak aku harus
menyingkirkan dia? ah itu kan jahat. Kalo kata rina aku harus lebih cepat? Apa
bisa? Huh..” baru kali ini fani merasa minder dan itu gara2 fano. Karena udah
lelah berpikir akhirnya fani memutuskan untuk tidur. (backsound lagu nina bobo)
bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar