Siapa yang mau ngerti? 6
Oleh:
Aminatur Rohmah

........
Keesokan
harinya Ara memutuskan untuk berangkat
kuliah. Rupanya dirumah hanya akan membuatnya semakin teringat dengan keputusan
pisah orang tuanya. Dia butuh hiburan.
Pulang
kuliah, seperti biasa ketika hatinya lagi kacau, Ara jalan-jalan di Taman KB.
Lagi-lagi kali ini gerimis melanda. Ara merapatkan jaketnya. Terdiam ia
memandangi hujan rintik-rintik yang turun. Hatinya sendu se sendu cuaca hari ini...
Karena
tidak tau apa yang akan dilakukannya, dia memilih diam saja.. menikmati alunan
percikan air hujan.. , tak jauh dari tempatnya duduk. Ara melihat sepasang
kekasih yang tampaknya juga sedang melindungi diri dari hujan. Mereka tampak
gembira, senyum selalu menghiasi wajah mereka, apalagi si cewek, terkadang si
cewek menengadah dan si cowok mengangguk. Si cewek lagi-lagi tersenyum bahagia.
Tiba-tiba
mata Ara terdapat genangan air. Sekali kedip, maka air itu jatuh. Seketika itu
ia menangis dalam diamnya. Ia merasa tidak begitu sendiri karena ditemani
langit yang juga meneteskan airnya. Entah kenapa tiba-tiba ia ingat Ari. Gelombang
airmata kedua pun tak dapat dicegahnya.
“Ara..?”
Ara terkejut plus sadar dari lamunannya. Siapa yang
memanggilnya. Dengan enggan ia menoleh ke arah suara itu yang berada di
belakangnya.
“Ari?”
Cowok itu tersenyum penuh arti, seakan mengetahui
apa yang tengah di alami gadis di depannya, karena sudah terlihat jelas dari
mata Ara.
“hujan-hujan,
ngelamun sendirian, mata sembab, pasti lagi kacau..” kata Ari memulai
pembicaraan ketika sudah duduk disebelah Ara. Ara hanya diam. Tak perlu
menjawab karena kata-kata Ari emang benar. “kog kemarin sama sekali gak ada
kabar?”
“kemarin
lagi gak pengen di ganggu..” jawab Ara sendu.
“kenapa
lagi sih Ra?” tanya Ari lembut.
“gak
pa pa kog..” balas Ara singkat.
Tampak cowok itu menghela napas pelan.
Dia tau, tidak mungkin dengan mata sembab begitu Ara sedang dalam keadaan
baik-baik saja. Pasti ada sesuatu yang terjadi pikirnya. Tapi dia juga tidak
bisa memaksa cewek disebelahnya untuk cerita.
Ari
akhirnya memilih untuk diam. Jadi mereka berdua sama-sama diam dan sibuk dengan
benak masing-masing. Ditemani irama rintik air hujan.
Ingin
sekali Ara bercerita tentang orang tuanya. Tetapi ia terlalu malas untuk
membahas itu. sudahlah.. biar dia sendiri aja yang tau.. karena dia juga belum
crita dengan Wulan tetangga sekaligus sahabatnya dari kecil.
Trus selanjutnya... bayangin aja
terdengar lagunya GAMALIEL FT AUDREY – BERSERAH. Lagu itu bagus tau gak. Cocok untuk
OST kisah-kisah anak muda yang butuh pencerahan.
Ara baru nyampe rumah sore menjelang maghrib.
“mbak
Ara, tadi di cari bapak..” kata mbak Ijah.
“trus
sekarang papa mana??”
“setelah
tau mbak Ara belum pulang, bapak kembali ke kantor.”
Ara menghembuskan napas lelah. Segera ia mencapai
kamarnya.
Sekitar
jam 8-an, ayah Ara pulang dan langsung mencari Ara.
“Ara,
papa mau ngomong sebentar..” ayah Ara menghampirinya ketika sedang nonton tivi.
“ya”
“kamu
sudah memikirkan tentang keputusan papa dan mama kan?”
“udah”
“setelah
pisah nanti, kami tidak akan menentukan kamu akan ikut siapa, kamu sendiri yang
menentukan. Rencananya ayah mau pindah ke Jakarta, dan mama ke rumah nenek di
Malang”
“kenapa
pada pindah jauh-jauh sih pa? emang gak bisa ya di deket-deket Semarang aja?”
jawab Ara tampak sudah terlihat jutek. Dia udah lebih muak sekarang.
“itu
sudah keputusan papa dan mama Ra”
Selalu
seperti itu, ini sudah keputusan papa dan mama Ra. Ara muak mendengar kata-kata
itu. terlihat jelas betapa egoisnya mereka. Apakah orang dewasa emang kayak
gitu? Seribet apa sih hidup mereka? Sehingga sampe seperti itu. selalu
menjadikan masalah menjadi rumit. Ara tak mengerti dengan kedua orangtuanya. Ia
bingung..
Siapa yang mau
ngerti?
Ari sendiri
kian ragu. Apa sebaiknya yang ia lakukan.. dalam hatinya ia ingin mengungkapkan
perasaannya kepada Ara. Tapi perbedaan itu selalu berhasil menghapus asa nya. Kembali
ia ragu dengan diri sendiri.
Keesokan
harinya Ari nekat menemui Ara. Sengaja Ia menunggu Ara selesai kuliah. Ia berniat
harus mengatakannya. Selagi ada kesempatan. Masalah gimana nantinya, ia berniat
akan siap menanggung segala resikonya. Ya! Ia harus mengungkapkannya.
“hai..”
sapa Ari ketika Ara sudah menemuinya di depan kampus.
“hai
juga.. , kabar kamu gimana hari ini Ri?”
“baik.
Kamu??”
“yach..
seperti yang kamu liat sekarang. Hehe. ,”
Entah kenapa hari ini Ara begitu
senang bertemu dengan Ari. Karena pikirnya
bisa saja bulan ini.. Desember terakhir ia bertemu Ari. Ara sudah membuat
keputusan tentang perpisahan orang tuanya. Begitu urusan perceraian itu
selesai, Ia sudah tau akan ke arah mana selanjutnya.
Hari
itu, Ari mengajak ke tempat yang belum pernah di datangi Ara. Di suatu taman
yang indah..
Ketika Ara tengah sibuk memperhatikan suasana
taman. Ia dikejutkan dengan kedatangan
Ari yang tadi ijin mo mengambil sesuatu di mobilnya yang belum di ketahui Ara. Ternyata
Ari membawa rangkaian bunga bugenvil yang cantik.
“buat
kamu.. , kamu suka bunga bugenvil kan?” kata Ari.
“dari
mana kamu tau aku suka bugenvil??” jawab Ara masih tidak bisa menyembunyikan
keterkejutannya.
“kamu
pernah memasang foto sampul fb mu dengan gambar bunga bugenvil. Jadi kupikir
kamu sangat menyukai bunga itu.” senyum kemudian terkembang dari bibir Ari.
Refleks Ara pun juga ikut tersenyum. Tak
menyangka akan ada yang sebaik ini pada dirinya. Jika Ari tau tentang itu,
berarti cowok itu memikirkannya kan?. Ara jadi terharu..
Kemudian
mereka mencari tempat duduk di bawah pohon yang rindang.
“Ra..
, kita udah saling kenal dari musim kemarau sampai musim hujan. , aku nyaman
kenal sama kamu. kadang aku kepikiran takut kehilangan kamu.” deg.. refleks Ara
menegang. Kata-kata Ari membuat jantungnya serasa tiba-tiba berhenti. Takut kehilangan
dirinya? Dia jadi takut akan fakta yang mungkin akan terjadi dalam hitungan
hari lagi.
“aku....”
Ari melanjutkan kalimatnya. “aku sayang kamu. , lebih dari sekedar teman..” “bagaimana
menurutmu Ra?”
“apa?...
sejak kapan Ri?”
“sudah
cukup lama..”
“dan
kamu baru mengungkapkannya sekarang?”
“untuk
memperoleh keberanian ini gak mudah Ra.. , aku selalu teringat dengan perbedaan
yang kita alami..” jadi selama ini Ari
juga memikirkan perbedaan di antara kami? Ya Tuhan... “maaf jika baru
sekarang aku jujur. Aku harap kamu gak langsung menjauhi aku ato gimana.. , aku
akan berusaha terima apapun keputusanmu..”
“Ri..
, sori.. aku gak bisa membuat keputusan sekarang. Bukannya aku gak suka ma
kamu. tapi.. kamu tau kan kita berbeda. Jadi aku gak bisa buru-buru memberi
jawaban” Ara menjawab apa yang bisa ia jawab.
“iya..
aku ngerti.. ,” dengan segala upaya Ari tetap tersenyum. Ia tau.. ini juga
berat untuk Ara.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar